Tradisi Lisan Terbentuknya Desa Muaro Singoan
Desa Muaro Singoan adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Sebelum terbentuknya Provinsi Jambi terdapat banyak sekali cerita yang beredar di sekitar masyarakat mengenai ‘bagaimana terbentuknya Desa Muaro Singoan?’. Terlebih beberapa artikel mengatakan peran Kerajaan Sriwijaya di Jambi dan menurut cerita yang beredar kehadiran Kerajaan Mataram di Jambi menjadi bagian yang kuat serta menjadi dasar terbentuknya Desa Muaro Singoan. Dalam tulisan Budisantoso dijelaskan bahwa Kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak abad ke-7.[1] Dalam tulisannya Mariyo Romandon pun dijelaskan bahwa setelah terjadinya kemunduran Kerajaan Sriwijaya pusat kerajaan yang berada di Palembang dipindahkan ke Jambi.[2] Kemudian lambat laun Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang eksistensinya dan sebagian dari sisa-sisa kerajaan bergabung dengan kerajaan lokal yaitu Kerajaan Melayu Jambi. Kerajaan Melayu Jambi kemudian menggantikan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan di Sumatera. Terlebih Jambi memiliki Sungai Batanghari yang menjadi jalur perdagangan di Sumatera. Dari sini Kerajaan Melayu Jambi menjalin kerja sama diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain, seperti Majapahit. Namun Retno Purwanti menyatakan bahwa Majapahit tidak melakukan penjajahan di daerah Jambi dan hanya terfokus melakukan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Melayu Jambi.[3]
Jauh sebelum hubungan perdagangan dengan Majapahit dimulai, Kerajaan Mataram Kuno sudah dulu melakukan kegiatan perdagangan di Sumatera, terkhusus di Jambi. Sungai Batanghari menjadi salah satu jalur perdagangan yang dilalui jalur perdagangan Mataram Kuno. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa periode Mataram Kuno masih sejalan dengan periode Sriwijaya. Kemudian untuk menunjukkan eksistensi Mataram Kuno, dalam legenda tercatat bahwa salah satu keturunan dari Kerajaan Mataram, yaitu Maruhum Sungsang Romo melakukan pernikahan dengan keturunan Kerajaan Pagaruyung yang merupakan kerajaan lokal yang berada di Jambi.[4] Maruhum Sungsang Romo menikah dengan Bayan Lais dan kemudian bercerai. Bayan Lais pun kemudian kembali ke pesisir Sungai Batanghari dan hidup bersama kedua orang tuanya yang merupakan keturunan asli Kerajaan Pagaruyung. Namun saat kembali Bayan Lais mendapatkan keturunannya dengan Maruhum Sungsang Romo. Keturunan Bayan Lais dengan Maruhum Sungsang Romo kemudian diberi nama Pangeran atau Raden Nogosari. Kemudian Pangeran atau Raden Nogosari menikah dan mendapatkan keturunan yang diberi nama Raden Ontar, beliau yang nantinya menikah dan memiliki 9 keturunan. Keturunan Raden Ontar ini terdiri dari lima laki-laki dan empat perempuan, diantaranya Singo Jayo (Laki-Laki), Singo Mulyo (Laki-Laki), Singo Mengalo (Laki-Laki), Singo Delago (Laki-Laki), Singo Harum (Perempuan), Singo Jabo (Perempuan), Singo Sirau (Perempuan), Singo Sati (Perempuan), Singo Ano (Laki-Laki). Sembilan keturunan Raden Ontar dengan istrinya kemudian menjaga sembilan aliran sungai yang bermuara ke Sungai Batanghari. Dari sini terbentuklah Suku Batin Sembilan, yang menjadi suku tertua yang berada di Batanghari dan Batanghari menjadi Kabupaten tertua di Jambi.
Lahirnya Suku Batin Sembilan ini merupakan titik awal terciptanya nama Desa Muaro Singoan. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, aliran Sungai Singoan dulunya dipimpin oleh Raden Singo Ano bin Raden Ontar. Makamnya pun masih ada hingga saat ini di Dusun Sialang Pungguk, Desa Muaro Singoan. Kemudian, dari situ nama Singoan diambil dari singgasana Raden Singo Ano atau dengan kata lain desa tersebut merupakan tempat atau wilayah kerajaan Raden Singo Ano berdiri. Kemudian Muaro diambil karena letaknya di Muaro Sungai. Sehingga terbentuklah nama “Muaro Singoan”.
[1] H. Budisantoso S., Sriwijaya Kerajaan Maritim Terbesar Pertama di Nusantara, hlm. 54.
[2] Mariyo Romandon, Sungai Batanghari dalam Peradaban Masyarakat Melayu Jambi pada Masa Keresidenan 1906-1942, hlm. 38.
[3] Retno Purwanti, Benarkan Majapahit Pernah Menguasai Sumatera pada Abad ke-14 dan 15 Masehi?, hlm. 10.
[4] Riyan Hidayat, Membangkitakan Batang Terendam, Yayasan Setara Jambi: Jambi, hlm. 22.